Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun kronis yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, di mana tubuh menyerang jaringan dan organ sehatnya sendiri. Sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit, justru menyerang berbagai bagian tubuh, seperti kulit, sendi, ginjal, jantung, paru-paru, dan otak. Lupus eritematosus sistemik adalah salah satu jenis lupus yang paling umum dan bisa memiliki gejala yang bervariasi, mulai dari ringan hingga parah.
Penyebab Penyakit Lupus
Penyebab pasti lupus eritematosus sistemik belum sepenuhnya dipahami, namun penyakit ini dipercaya dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan hormonal. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena lupus meliputi:
- Faktor Genetik: Lupus cenderung lebih sering ditemukan pada individu dengan riwayat keluarga yang memiliki penyakit autoimun. Beberapa gen tertentu dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk mengembangkan lupus.
- Faktor Lingkungan: Paparan terhadap zat tertentu seperti sinar matahari, virus, atau bahan kimia dapat memicu timbulnya lupus pada individu yang rentan secara genetik.
- Faktor Hormon: Lupus lebih sering terjadi pada wanita, terutama yang berusia antara 15 hingga 45 tahun, yang menunjukkan bahwa hormon estrogen bisa berperan dalam memperburuk atau memicu timbulnya lupus.
- Infeksi: Beberapa infeksi, seperti virus Epstein-Barr, dapat memicu lupus atau memperburuk kondisinya pada individu yang rentan.
Gejala Lupus Eritematosus Sistemik
Gejala lupus eritematosus sistemik bisa sangat bervariasi antar individu dan dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan seiring waktu. Gejalanya bisa hilang dan muncul kembali, yang dikenal sebagai flare. Beberapa gejala yang paling umum termasuk:
- Ruam Kulit: Salah satu tanda paling khas dari lupus adalah ruam berbentuk kupu-kupu yang muncul di hidung dan pipi (ruam malar). Ruam ini sering kali memburuk setelah paparan sinar matahari. Selain itu, ruam lainnya dapat muncul di berbagai bagian tubuh.
- Kelelahan: Penderita lupus sering merasa sangat lelah, meskipun tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Kelelahan ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Nyeri dan Pembengkakan Sendi: Lupus dapat menyebabkan peradangan pada sendi (artritis), yang menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan kekakuan, terutama pada tangan, pergelangan tangan, dan lutut.
- Demam: Beberapa penderita lupus mengalami demam ringan yang datang dan pergi, tanpa adanya infeksi yang jelas.
- Gangguan Ginjal: Lupus dapat menyebabkan peradangan pada ginjal yang dikenal sebagai lupus nephritis. Gejalanya termasuk pembengkakan pada kaki dan wajah, peningkatan tekanan darah, serta protein atau darah dalam urin.
- Masalah Jantung dan Paru-paru: Lupus dapat menyebabkan peradangan pada jantung (perikarditis, miokarditis) dan paru-paru (pleuritis, pneumonia), yang dapat menyebabkan nyeri dada, sesak napas, dan batuk.
- Masalah Saraf: Beberapa penderita lupus mengalami masalah pada sistem saraf pusat, yang dapat menyebabkan sakit kepala, kebingungannya, kejang, atau bahkan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.
- Rambut Rontok: Kerontokan rambut adalah gejala umum lupus, terutama selama flare, dan bisa disertai dengan perubahan bentuk atau tekstur rambut.
- Gangguan Pembuluh Darah: Lupus dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), yang bisa menyebabkan bercak-bercak merah atau ungu pada kulit.
- Mudah Memar: Penderita lupus seringkali mudah memar atau mengalami perdarahan gusi karena penurunan jumlah trombosit dalam darah.
Diagnosis Lupus Eritematosus Sistemik
Diagnosa lupus eritematosus sistemik dapat menjadi tantangan karena gejalanya mirip dengan berbagai penyakit lain. Untuk mendiagnosis lupus, dokter akan melakukan beberapa langkah berikut:
- Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik: Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda khas lupus, seperti ruam kulit dan pembengkakan sendi.
- Tes Darah: Beberapa tes darah yang dapat membantu mendiagnosis lupus termasuk:
- Tes Antibodi Antinuklear (ANA): Sebagian besar penderita lupus memiliki tingkat antibodi ini dalam darah mereka. Tes ini dapat menunjukkan adanya respon autoimun.
- Tes Antibodi Anti-DNA: Tes ini lebih spesifik untuk lupus dan dapat menunjukkan adanya antibodi yang menyerang DNA sel-sel tubuh sendiri.
- Tes Darah Lain: Tes untuk menghitung jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, serta mengukur fungsi ginjal dan hati, dapat membantu dokter menilai seberapa parah penyakit ini.
- Tes Urin: Pemeriksaan urin dapat mengungkap adanya protein atau darah dalam urin, yang menunjukkan kerusakan ginjal akibat lupus.
- Biopsi Ginjal: Jika ada dugaan lupus nephritis, dokter dapat melakukan biopsi ginjal untuk memeriksa kerusakan yang terjadi pada ginjal.
Pengobatan Lupus Eritematosus Sistemik
Hingga saat ini, tidak ada obat untuk menyembuhkan lupus. Namun, dengan pengobatan yang tepat, gejala dapat dikendalikan, dan progresi penyakit bisa diperlambat. Tujuan utama pengobatan lupus adalah untuk mengurangi peradangan, mengendalikan flare, dan mengurangi kerusakan organ. Pengobatan lupus meliputi:
- Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (NSAID): Obat-obatan seperti ibuprofen atau naproxen digunakan untuk mengurangi nyeri sendi dan peradangan ringan pada penderita lupus.
- Kortikosteroid: Obat kortikosteroid seperti prednison digunakan untuk mengendalikan peradangan yang lebih parah. Kortikosteroid dapat diberikan secara oral atau melalui suntikan, tetapi harus digunakan dengan hati-hati karena efek samping jangka panjangnya, seperti osteoporosis dan diabetes.
- Obat Imunosupresan: Obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh, seperti methotrexate, azathioprine, dan mycophenolate mofetil, dapat digunakan untuk mengurangi aktivitas autoimun dan mencegah kerusakan organ yang lebih serius.
- Antimalaria: Obat-obatan seperti hydroxychloroquine yang biasanya digunakan untuk mengobati malaria, juga dapat membantu mengontrol gejala lupus, terutama ruam kulit dan nyeri sendi.
- Terapi Biologis: Obat biologis seperti belimumab (Benlysta) adalah terapi yang lebih baru yang digunakan untuk mengurangi peradangan dengan menargetkan bagian spesifik dari sistem kekebalan tubuh yang terlibat dalam lupus.
- Perawatan untuk Lupus Nephritis: Jika lupus menyebabkan kerusakan ginjal, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah, obat imunosupresan, atau bahkan dialisis jika gagal ginjal sudah terjadi.
- Pengobatan untuk Gejala Lainnya: Pengobatan untuk gejala seperti depresi, kecemasan, atau gangguan saraf lainnya dapat membantu penderita lupus menjalani hidup dengan lebih baik.
Pengelolaan Lupus dan Pencegahan Flare
Selain pengobatan medis, pengelolaan lupus melibatkan langkah-langkah untuk mencegah flare dan mengelola gejala sehari-hari. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk:
- Hindari Paparan Sinar Matahari: Paparan sinar matahari dapat memicu flare lupus, terutama ruam kulit. Penggunaan tabir surya dan pakaian pelindung sangat dianjurkan.
- Perhatikan Diet Sehat: Mengonsumsi makanan sehat yang kaya akan buah, sayuran, dan lemak sehat dapat membantu mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Menghindari makanan yang memicu peradangan seperti makanan olahan dan tinggi gula juga penting.
- Olahraga Ringan: Aktivitas fisik ringan seperti berjalan atau berenang dapat membantu meningkatkan energi dan menjaga fleksibilitas sendi.
- Pemeriksaan Rutin: Pemeriksaan medis secara rutin untuk memantau kesehatan ginjal, jantung, dan organ lainnya penting untuk mengidentifikasi masalah lebih dini dan mencegah kerusakan organ.
- Pengelolaan Stres: Mengelola stres dengan teknik relaksasi, meditasi, atau yoga dapat membantu mengurangi risiko flare lupus.
Kesimpulan
Lupus Eritematosus Sistemik adalah penyakit autoimun yang kompleks dan bisa memengaruhi banyak organ tubuh. Meskipun belum ada obat untuk menyembuhkan lupus, pengobatan yang tepat dan perawatan yang